Santri, tak ubahnya hanya sebagai buly-an semata di kalangan zaman milenial
di dunia luar. Tapi siapa tau para pejuang islam yang mereka bilang kudet itu,
ternyata dapat menaklukkan dunia dengan tekatnya.
Mereka yang tidur dengan keterbatasan tempat dapat
bermimpi indah setinggi langit. Saat membuka mata, ayat Al- Qur’anlah yang mereka dengar pertama kali,
berpengalaman dangkal akan tetapi memiliki daya keingintahuan
yang tinggi, hal inilah yang menyebabkan santri tak ubahnya burung kecil yang melesat
bak rajawali, mereka dapat menggapai apa yang mereka impikan
hanya dengan satu alasan yaitu, berani mengambil resiko karena apa?
Karena yang mereka miliki bukanlah sekedar keberanian
akan tetapi berbekal iman.
Ahlussunnah wal Jama’ah
itulah yang mereka terapkan, melangkah dengan ajaran agama, berlingkungan
dengan kalam ilahi, begitulah hidup seorang santri kudet, yang mereka bilang
tak ada apa-apanya. Tapi nyatanya, seorang santri serba bisa dengan istikhoroh serta ihktiar Insya
Allah biidznillah semua akan berjalan sesuai rencana yang tidak
terfikirkan oleh akal manusia. Semua itu karena apa? bukan sekedar basa basi, semua
itu karena sujud tahajud dengan rintihan hamba lemah yang di ijabah oleh sang
ilahi Robby. Usaha dan keringat sebagai pelengkap dalam sajian. Karena, do’a
tanpa ikhtiar adalah mimpi yang takkan
pernah menjadi nyata, begitupun ikhtiar tanpa doa bagaikan berjalan sombong di
atas bumi yang Tuhan tumpangkan bagi manusia.
Santri,
identik dengan gelar cupu, kuper, dan semacamnya. Tapi, apa peduli mereka, toh
santri di hina bukan diam tapi, mereka akan makin tertawa di atas bulian serta
hinaan mereka yang di sana, hinaan itu akan menjadi cambuk penyemangat buat
para ikhwan dan akhwat itu. Barokah, begitu mereka menyebut hadiah yang akan
merekah raih saat kebencian yang pernah mereka gelar ada yang mengatakan “kamu
sukses jika kamu dapat menemukan siapa yang membencimu.” Tapi perlu di garis
bawahi, yang di maksud dibenci di sini dalam urusan kebaikan, dan harga mati untuk
hal itu, bukan dalam masalah lain.
Bukan tidak mampu, tapi
menerapkan “diam adalah senjata terhandal untuk membalas hinaan.” Itu alasan
mengapa santri tak menjawab setiap hinaan mereka, dan karena apa? karena jika
sampai santri angkat bicara mereka yang di sana akan mati gaya untuk meladeninya,
sekali santri bicara dia tak kan membiarkan si lawan bicara berhenti di sana
saja, dia akan terus mengejar kemanapun arah pembicaraan.
Sebagai pejihad islam, mereka
tidak hanya hidup tertawa bahagia akan tetapi di balik tawa santri ada hati
yang pilu mereka hidup bisa di bilang menderita,tapi apa yang membuat mereka
tetap bertahan dan tertawa? solidaritas dan barokahlah yang menjadi alasan
mereka tetap tertawa, semua akan indah jika di jalani bersama,begitulah kata
mereka.
# jim kaf jim adalah prinsip mereka.
Wahhhh
BalasHapusada apa ?
HapusKeren memang....smngat ust.basith
BalasHapus